Oleh: Shinta Putri Megawati,S.Psi
Dari: Pusat Psikologi Terapan Metamorfosa
JL. Parangtritis km 09, Bantul
HP: 085328859600
Tlp: (0274)2811844
Negara Indonesia memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika, yang mempunyai makna “berbeda-beda tetap satu jua”. Begitu banyak keanekaragaman, baik dari segi ekonomi, agama, sosial, pendidikan, suku dan budaya. Melihat kondisi yang demikian, kian mendorong kita untuk menjunjung tinggi sikap saling toleransi demi keutuhan Negara.
Oleh karena itu, nilai toleransi perlu diinternalisasikan sejak usia dini baik melalui pendidikan formal maupun nonformal. Nilai toleransi yang sudah tertanam pada anak, akan menjadi mindsetdan harapannya mampu teraktualisasikan dalam perilaku sehari-hari. Orangtua memiliki peran penting dalam menginternalisasikan nilai toleransi kepada anak. Orangtua sebisa mungkin mengenakan anak pada perbedaan-perbedaan sekitar dan mengajak mereka untuk terbiasa menghormati kepada sesama meskipun berbeda agama, budaya, pendidikan dan ekonomi.
Selain lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat memiliki peran yang penting pula untuk menginternalisasi nilai toleransi kepada anak. Ada beberapa cara untuk mengajarkan toleransi kepada anak, diantaranya yaitu dengan memperkenalkan keanekaragaman yang ada di dalam masyarakat. Lalu menjelaskan kepada anak tentang manfaat bersikap toleransi seperti hidup bermasyarakat akan menjadi nyaman dan tentram.
Guru maupun orangtua menyampaikan kepada anak bahwa menghormati perbedaan tidak berarti menghilangkan identitas diri. Justru sikap toleransi inilah yang menjadi kunci untuk meningkatkan pemahaman, keterbukaan, penerimaan dan menghargai perbedaan. Orangtua perlu memberikan keteladanan kepada anak, sehingga anak akan belajar bagaimana bersikap toleransi. Dengan demikian, sikap toleransi inilah yang akan menghantarkan kita pada perdamaian dan tetap mampu hidup harmonis di tengah banyaknya perbedaan.