Stoikisme untuk Hidup yang Lebih Ikhlas

Sobat Meta, seberapakah Sobat Meta merasa tenang dalam menjalani hidup?

Pernahkah Sobat Meta merasa gelisah karena hal-hal yang sebenarnya tidak bisa kita kendalikan?

Stoikisme atau stoa adalah sebuah filosofi kuno yang berasal dari Yunani. Filosofi ini mengarah pada ketenangan hidup, kecukupan hidup, kedamaian hati, serta mengajak untuk mengontrol emosi, menerima dan fokus pada hal-hal yang bisa dikendalikan, bukan hal-hal di luar diri yang tidak bisa dikendalikan.

Contoh dalam kehidupan sehari-hari

  • Takdir yang tidak sesuai dengan rencana
  • Komentar atau pemikiran negatif orang lain terhadap kita
  • Pencapaian orang lain
  • Perpisahan dengan orang yang dicintai
  • Dsb

Respon yang sering kita berikan adalah kecewa, marah, iri, merasa dunia runtuh, bahkan mungkin dendam. Padahal dalam stoikisme, kita diajak untuk menerima apapun yang terjadi dan mengontrol pikiran kita agar tidak terjerumus dalam pikiran negatif.

Stoikisme dan Ikhlas

Konsep dalam stoikisme ini ternyata selaras dengan konsep ikhlas dalam Islam, loh! Dalam Islam kita diharuskan untuk menerima dan ikhlas terhadap takdir ketetapan Allah (Qadarullah) karena hal tersebut merupakan hal yang pasti sebagaimana firman-Nya, “… Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku” – Q.S. al-Ahzab  ayat 38, serta dalam Q.S. Ar-Ra’d ayat 39, “Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh mahfuzh).”

Sedangkan dalam Stoikisme terdapat konsep Amor Fati (mencintai takdir), artinya manusia harus belajar menerima keadaan bahkan mencintai keadaannya saat ini.

 

Terus, gimana cara prakteknya, ya?

  1. Practice Misfortune: latihlah diri untuk berada di kondisi luar zona nyaman
  2. Dichotomy of Control: menyadari apa yang bisa dikendalikan dan tidak
  3. Practice of Perception: melihat dari sudut pandang lain meskipun dalam keadaan tidak menyenangkan, serta selalu berbaik sangka terhadap Allah
  4. Nothing Lasts Forever: segala pencapaian, cita-cita, ambisi, bahkan orang atau hal yang kita cintai semue bersifat sementara, maka fokuslah untuk melakukan yang terbaik hari ini dengan tetap bertawakkal kepada Allah

 

Referensi:

Manampiring, H. 2018. Filosofi Teras. Jakarta: Kompas

Keselarasan Ajaran Stoisisme dan Islam – Tanwir.ID

Keterkaitan Antara Islam dan Filsafat Stoisisme – iqra.id

Ayat Al-Qur’an Tentang Takdir Manusia (tirto.id)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top